Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat

Botani

Mempelajari berbagai macam hal mengenai tumbuhan seperti fisiologi dan sistematika

Zoologi

Mempelajari seluk beluk dunia hewan dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi

Mikrobiologi

Serunya mengamati mereka yang tidak kasat mata

Genetika dan Molekuler

Rekayasa dan ilmu tentang berbagai macam unsur pembentuk kehidupan yang masih penuh misteri

Ekologi

Bumi dan isinya adalah keajaiban. Semua memiliki tempat masing-masing yang harus dijaga keseimbangannya.

Saturday, December 24, 2011

A Promise for My Lovely Mother

Hari ini aku lihat seorang ibu-ibu pengemis. Dari pada disebut ibu-ibu, sebenarnya lebih cocok jika disebut dengan nenek. Karena dilihat secara fisik dia sudah tua. Pakai kerudung dan bawa sebuah tas dan karung yang lusuh sama seperti bajunya. Juga sebuah tongkat untuk membantu berjalan atau mengorek sampah. Entahlah aku tidak tahu pasti. Aku mengambil uang seribu dan aku berikan pada ibu itu dari balik pintu kos. Dia berjalan tertatih mendekatiku.
Share:

Friday, December 23, 2011

LIFE (What Do You Think About Life?)

Hidup. Kata sederhana namun kadang orang bingung bagaimana memaknai dan menjalankannya. Seseorang mengatakan kepadaku bahwa hidup itu mahal. Kalimat itu terus melekat di otakku. Menurutku hidup itu buka cuma mahal, hidup itu mahal, sulit tapi indah. Sulit kerena tidak mudah menjalaninya dengan terus memaksimalkan kebaikan dan manfaat. Selalu ada godaan dan dosa. Namun hidup itu juga indah.
Share:

Tuesday, November 29, 2011

Perlunya Pengenalan dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Obat Indonesia

B. Pendahuluan

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya (Wijayakusuma, 2000). Berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah diperoleh di sekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan.
Share:

Sunday, November 27, 2011

Pheretima sp.

BAB I
PENDAHULUAN

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripo-blastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (Bawa, 1993).

Ciri tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa (Bawa, 1993).
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh (Budiarti, 1992).

Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupa-kanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri (Khoeruddin, 2000).

Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) (Budiarti, 1992).

Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo) (Khoeruddin, 2000).

2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak (Khoeruddin, 2000).

3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan ptermasuk manusia (Budiarti, 1992).
Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin (Bawa, 1993).

Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Khoeruddin, 2000).

Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Penelitian yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein (Khoeruddin, 2000).

BAB II
ISI

A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp. (Budiarti, 1992).

B. Habitat Cacing Tanah
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC (Putra, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah:

 Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2 (Putra, 1999).

 Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok (Putra, 1999).
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30% (Putra, 1999).

 Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal (Putra, 1999).

C. Ciri Morfologi
Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Kimball, 1998).

Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Kimball, 1998).

D. Struktur anatomi dan fisiologis

 Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim - enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus (Kimball, 1998).

 Sistem peredaran darah
Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah punggung, pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi sebagai jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esopagus berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior (Wiryono, 2006).

 Sistem ekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya (Wiryono, 2006).

 Sistem gerak
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan (Wiryono, 2006).
Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus (Sayuti, 1999).
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang (Sayuti, 1999).














BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dan dalam tubuhnya dapat dijumpai adanya sistem pencernaan, sirkulasi, reproduksi, ekskresi, saraf, pernafasan yang cukup kompleks.
2) Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, dan banyak senyawa organiknya dengan pH 6-7,2, kelembabab 15% - 30% serta suhu 15oC-25oC.
3) Prilaku yang umum dijumpai pada cacing tanah adalah prilaku makan, prilaku kawin, pergerakan, prilaku membuang kotoran serta prilaku melindungi diri dari pemangsa/predator.
B. Saran
Dala penelitian ini penulis menganalisis data secara sederhana berdasarkan referensi atau mengacu pada sumber pustaka. Sehingga untuk menerangkan morfologi, anatomi, dan fisiologi cacing tanah secara lebih mendalam perlu diteliti tentang beberapa aspek terkait hal tersebut.













BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Wayan. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Bawa, Wayan. 1998. Ilmu Tingkah Laku Hewan (Etologi). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Budiarti, Asiani. 1992. Cacing Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Khoeruddin, I. 1999. Banyak Yang Tergiur Menjadi Jutawan Cacing. Jakarta : Penebar Swadaya
Kimball, John W. 1998. Biologi Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Putra. F.A. 1999. Hidup Bersama Cacing. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sayuti, Fahri. 1999. Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah. Bandung : Pusat Latihan Dan Pengembangan Cacing Tanah.
Wiryono. 2006. Pengaruh Pemberian Serasah Dan Cacing Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Lamtoro Dan Turi Pada Media Tanam Tanah Bekas Penambangan Batu Bara. Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Share:

Sunday, October 16, 2011

MEDIA MIKROBA 5

Media Campuran

1. BBL™ Trypticase™ Soy Agar with Lecithin and
Polysorbate 80
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

2. BBL™ XL Agar Base
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

3. BBL™ XLD Agar
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

4. BD TM Tellurite Agar (Hoyle)
a) 10.0 g/L Meat Extract
b) 10.0/L Peptone
c) 5.0/L Sodium Chloride
d) 0.35/L Potassium Tellurite
e) Horse Blood, defibrinated, lysed 7%
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi Corynebacterium diphtheriae dari spesimen klinis

5. BEA (Bile Esculin Agar)
a) Bile salt
b) Esculin
Media selektif dan diferensial
Membedakan Enterococcus dari Streptococcus

6. Bordet Gengou Agar Base
a) Gliserol
b) Darah segar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

7. Bordet Gengou Blood Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

8. Brilliant Green Bile Agar
a) 8.25 g/L Peptone
b) 1.9 g/L Lactose
c) 2.95mg/L Oxgall
d) 205.0 mg/L Sodium Sulfite
e) 29.5 mg/L Ferric Chloride
f) 15.3 mg/L Monopotassium Phosphate
g) 10.15 g/L Agar
h) 64.9 mg/L Erioglaucine
i) 77.6 mg/L Basic Fuchsin
j) 29.5 μg/L Brilliant Green
Media selektif dan diferensiasi
Isolasi, enumerasi, dan diferensiasi bakteri coliform

9. Difco™ Bordet Gengou Agar Base
a) 4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
b) 5.5 g/L Sodium Chloride
c) 20.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk deteksi dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

10. Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement
a) Colistin Sulfate 10.0 mg/10 mL Vial
b) 20.0 mg/10 mL Vial Moxalactam
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

11. Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement
a) 5.0 mg/10 mL Vial Acriflavine
b) 2.0 mg/10 mL Vial Cefotetan
c) 20.0 mg/10 mL Vial Colistin Sulfate
d) 400.0 mg/10 mL Vial Cycloheximide
e) 10.0 mg/10 mL Vial Fosfomycin
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

12. Difco™ Oxford Medium Base
a) 8.9 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 4.4 g/L Proteose Peptone No. 3
c) 4.4 g/L Yeast Extract
d) 2.7 g/L Tryptic Digest of Beef Heart
e) 0.9 g/L Starch
f) 4.4 g/L Sodium Chloride
g) 1.0 g/L Esculin
h) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 15.0 g/L Lithium Chloride
j) 15.3 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

13. Difco™ Tetrathionate Broth Base
a) 2.5 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 1.0 g/L Oxgall
d) 30.0 g/L Sodium Thiosulfate
e) 10 g/L Calcium Carbonate
Media selektif dan diperkaya
Isolasi Salmonella dari feses, urine, dan makanan

14. Difco™ Tryptic Soy Agar with Lecithin and Polysorbate
80 (Microbial Content Test Agar)
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Soy Peptone
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

15. Difco™ XLD Agar
a) 3.75 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Saccharose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

16. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
a) Eosin
b) Metilen Blue
c) Karbohidrat Laktosa
Media selektif dan diferensial
Menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung

17. Lactose Broth
a) 0.5% Pepton
b) 0.3% Ekstrak Beef
c) 0.5% Laktosa
Media diperkaya dan selektif
Mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya

18. MacConkey agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Lactose
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

19. MacConkey Agar No. 2
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 1.5/L Bile Salts No. 2
d) 5.0/L Sodium Chloride
e) 15.0/L Agar
f) 50.0 mg/L Neutral Red
g) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Pengenalan enterococci diantara coliform dan organisme fermentasi nonlaktosa

20. MacConkey Agar without Crystal Violet
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 5.0/L Bile Salts Mixture
d) 12.0/L Agar
e) 75.0 mg/L Neutral Red
Media selektif dan diferensial
Pencirian Mycobacterium fortuitum-chelonei yang kompleks dari kecepatan pertumbuhan mycobacteria

21. MacConkey Broth
a) Pancreatic Digest of Gelatin 20.0 g/L
b) Lactose 10.0/L
c) Ox bile 5.0/L
d) Bromcresol Purple 10.0 mg/L
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

22. MacConkey-Sorbitol Agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Sorbitol
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

23. Media BSA (Bismuth Sulfida Agar)
a) 5 g/L Beef Extract
b) 6 g/L Peptone
c) 5 g/L Glucose
d) 4 g/L Na2HPO4.12H2O
e) 0.3 g/L FeSO4.7H2O
f) 8 g /L Bismuth Sulfite Indicator
g) 0.025 g/L Brilliant Green
h) 20 g/L Agar
Media kompleks dan selektif
Isolasi Salmonella typhii dan spesies lain

24. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
a) 10 g/L Protein dari kasein
b) 8 g/L Ekstrak daging
c) 4 g/L Ekstrak ragi
d) 20 g/L D (+) Glukosa
e) 0.2 g/L Magnesium sulfat
f) 14 g/L Agar-agar
g) 2 g/L Dipotassium Hidrogen Phosphate
h) 1g/L Tween 80
i) 2 g/L Diamonium Hidrogen Sitrat
j) 5 g/L Natrium Asetat
k) 0.04 g/L Mangan Sulfat
Media diperkaya dan selektif
Memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan

25. PCA (Plate Count Agar)
a) Casein Enzymic Hydrolisate
b) Yeast Extract
c) Dextrose
d) Agar
Media minimalis dan selektif
Pertumbuhan mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA juga baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba)

26. PDA (Potato Dextrose Agar)
a) 20% Ekstrak kentang
b) 2% Glukosa
c) Agar
d) 1 L air yang telah didestilasi
Media komplek dan diferensial
Menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang serta untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan

27. PGYA
a) Dekstrosa
b) CaCO3
c) Akuades
Media minimalis dan selektif
Isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir

8. Serum Tellurite Agar
a) Casein
b) Meat peptones
c) Nitrogen
d) Carbon
e) Sulfur
f) Dextrose
g) Sodium chloride
Media selektif dan diferensial
Isolasi anggota dari genus Corynebacterium, terutama diagnosis dari diphtheria di laboratorium

29. TSB (Trypticase Soy Broth)
a) 17 g Peptone Casein
b) 3 g Peptone Soymeal
c) 2.5 g D (+) Glucose
d) 5 g Sodium Chloride
e) 2.5 g diPottasium Hydrogenophosphate
f) Dikalium Fosfat
Media diperkaya dan selektif
Media broth diperkaya untuk tujuan umum, isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Serta banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen
3
0. XLD (Xylose Lysine Desoxycholate)
a) Yeast Extract
b) Xylose
c) Lysine
d) Lactose
e) Sucrose
f) Sodium Chloride
g) Phenol Red
h) Sodium Desoxycholate
i) SodiumT
j) Ferric Ammonium Sulphate
k) Agar
Media selektif dan diferensial
Menyembuhkan Salmonella and Shigella species


Media Lain

1. Ekstrak daging buah durian
a) Daging buah durian : akuades steril 1: 5 (w/v)
b) Larutan HCl atau NaOH 0,1 N

2. Kaldu nutrisi agar
a) Ekstrak daging (daging 0.5 kg direbus dalam air 1000 mL hingga volume air menjadi setengahnya)
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 10 g Pepton
d) 5 g NaCl
e) 15 g Agar-agar

3. Media LB (Luria Bertani)
a) 5 g/L Ekstrak Khamir
b) 10 g/L Tripton
c) 10 g/L NaCl

4. Tauge Agar
a) Ekstrak tauge (100 g tauge (diambil airnya))
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 60 g Sukrosa
d) 15 g Agar-agar
Share:

Thursday, October 13, 2011

MEDIA MIKROBA 4

Media Diferensial



1. APDA
a) Asam tartarat
b) Glukosa
c) Kentang
d) Agar
Menumbuhkan dan menghitung jumLah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel

2. Arginine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain


3. Arginine Dihydrolase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

4. BBL™ Kligler Iron Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Lactose
d) 1.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/L Sodium Thiosulfate
h) 15.0 g/L Agar
i) 25.0 mg/L Phenol Red

Diferensiasi anggota pada Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya dalam fermentasi dekstrosa dan laktosa serta dalam pembebasan sulfida

5. BBL™ MR-VP Broth
a) 3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 5.0 g/L Potassium Phosphate
d) 5.0 g /L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

6. BBL™ Simmons Citrate Agar
a) 1.0 g/L Ammonium Dihydrogen Phosphate
b) 1.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 2.0 g/L Sodium Citrate
e) 0.2 g/L Magnesium Sulfate
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.08 g/L Bromthymol Blue
Diferensiasi bakteri gram negatif berdasarkan pemakaian sitrat

7. BBL™ Trypticase™ Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

8. BBL™ TSI Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Dextrose
d) 10.0 g/L Lactose
e) 10.0 g/L Sucrose
f) 0.2 g/L Ferrous Ammonium Sulfate
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 0.2 g/L Sodium Thiosulfate
i) 13.0 g/L Agar
j) 25.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

9. BCP Glucose Agar
a) 10.00 g/L Tryptone
b) 1.50 g/L Yeast Extract
c) 10.00 g/L D-glucose
d) 0.015 g/L Bromocresol Purple
e) 5.00 g/L Sodium Chloride
f) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Membedakan Enterobacteriaceae di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan ini berdasarkan jenis fermentasi dextrosa

10. Blood agar
Membedakan bakteri berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah (beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis)

11. Decarboxylase Agar (Control)
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

12. Decarboxylase Media
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

13. Difco™ MR-VP Medium
a) 7.0 g/L Buffered Peptone
b) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

14. Difco™ Triple Sugar Iron Agar
a) 3.0 g/L Beef Extract
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 5.0 g/L Proteose Peptone No. 3
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 10.0 g/L Lactose
g) 10.0 g/L Sucrose
h) 0.2 g/L Ferrous Sulfate
i) 5.0 g/L Sodium Chloride
j) 0.3 g/L Sodium Thiosulfate
k) 12.0 g/L Agar
l) 24.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

15. Difco™ Tryptic Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Enzymatic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

16. Koser Citrate Broth
a) 3.00 g/L Sodium Citrate
b) 1.00 g/L Monopotassium Phosphate
c) 1.50 g/L Sodium Ammonium Phosphate
d) 0.20 g/L Magnesium Sulfate
Membedakan Escherichia coli dari Enterobacter atas dasar penggunaan dan pemanfaatan sitrat

17. Lysine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L of L-Lysine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

18. Lysine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Lysine HCl Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

19. Ornithine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

20. Ornithine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

21. Ornithine with Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

22. Potassium Tellurite Cystine Agar
a) 11.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 2.0/L Beef Heart Infusion Solids
d) 2.0/L Yeast Extract
e) 5.0/L Sodium Chloride
f) 15.0/L Agar
g) 44.0 mg/L L-Cystein
h) 50.0 mg/L Potassium Tellurite
i) 50.0/L Sheep blood
Untuk menyembuhkan Corynebacterium diptheriae dari spesimen klinis dan membantu membedakan C. diptheriae dari bakteri diptheriae lain

23. Simmons Citrate Agar
a) 0.2 g/L Magnesium sulphate
b) 0.2 g/L Ammonium dihydrogen Phosphate
c) 2.5 g/L Tri-sodium citrate
d) 0.080 g/L Bromo-thymol blue
e) 0.8 g/L Sodium ammonium phosphate
f) 5.0 g/L Sodium chloride
g) 14.0 g/L Agar A (RM10)
Membedakan Enterobacteriaceae berdasarkan utilsasi sitrat
Share:

Saturday, October 8, 2011

MEDIA MIKROBA 3

Media Selektif

1. Bactotm Peptone (Difco-Becton Dickinson)
a) 10 g NaCl
b) 1 L air distilasi

Protein pencernaan enzimatis

2. BBE (Bacteroides Bile Esculin) Agar
a) Gentamicin
b) Oxgall
c) Esculetin
d) Dextrose
e) Iron salt (ferric ammonium citrate)

Media isolasi primer untuk menyeleksi dan memperkirakan identifikasi dari kelompok B. fragilis

3. BBL™ Brain Heart CC Agar
a) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 8.0 g/L Brain Heart, Infusion from (solids)
c) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 2.0 g/L Dextrose
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 0.5 g/L Cycloheximide
h) 0.05 g/L Chloramphenicol
i) 13.5 g/L Agar
Isolasi fungi patogen dari spesimen yang mencemarinya dengan bakteri dan jamur saprophytic

4. BBL™ Brain Heart Infusion Agar
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 8.0 g/L
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 13.5 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis5.

5.BBL™ Brain Heart Infusion Agar, Modified
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/L
b) 15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 6.5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

6. BBL™ Mannitol Salt Agar
a) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Beef Extract
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 75.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

7. BBL™ M-PA-C Agar
a) 2.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L L-Lysine HCl
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 1.25 g/L Xylose
e) 1.25 g/L Sucrose
f) 1.25 g/L Lactose
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 5.0 g/L Sodum Thiosulfate
j) 1.5 g/L Magnesium Sulfate
k) 8.0 mg/L Kanamycin
l) 37.0 mg/L Nalidixic Acid
m) 12.0 g/L Agar
Penyembuhan dan enumerasi Pseudomonas aeruginosa dari air

8. BBL™ Seven H11 Agar Base
a) 1.0 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 13.5 g/900 mL Agar
l) 0.25 mg/900 mL Malachite Green
m) 1.0 mg/900 mL Zinc Sulfate
n) 1.0 mg/900 mL Copper Sulfate
o) 0.5 mg/900 mL Calcium Chloride
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

9. Blood Agar Base (Infusion Agar)
a) Heart Muscle, Infusion from (solids) 2.0 g/L
b) 13.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain

10. Blood Agar Base No. 2
a) 15.0 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Liver Digest
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 12.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain


11. Brilliant Green Agar Media
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
Isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

12. Brilliant Green Agar Modified
a) 5.0 g/L Beef Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 3.0 g/L Yeast Extract
d) 1.0 g/L Disodium Phosphate
e) 0.6 g/L Monosodium Phosphate
10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 0.09 g/L Phenol Red
h) 4.7 mg/L Brilliant Green
i) 12.0 g/L Agar
Isolasi Salmonella dari air, limbah, dan bahan makanan

13. Brilliant Green Sulfa Agar
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
k) 0.08 g/L Sulfadiazine
Untuk isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

14. Cetrimide Agar
a) 20 g/L Enzymatic Digest of Gelatin
b) 1.4 g/L Magnesium Chloride
c) 10 g/L Potassium Chloride
d) 0.3 g/L Cetrimide (Cetyltrimethylammonium Bromide)
e) 13.6 g/L Agar
f) Supplement /Liter : Glycerol 10 mL
Isolasi dan identifikasi Pseudomonas aeruginosa

15. Chapman Stone Medium
a) 2.5 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 30.0 g/L Gelatin
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 55.0 g/L Sodium Chloride
f) 75.0 g/L Sulfate Ammonium
g) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
h) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan identifikasi staphylococci berdasarkan pada fermentasi mannitol dan aktivitas gelatin

16. CMC (Carboxymethyl Cellulose)
a) 1 g KH2PO4
b) 0.5 g K2SO4
c) 0.5 g NaCl
d) FeSO4
e) 1g NH4NO3
f) 0.01 g MNSO4
g) 200 mL CMC ( 10 g dalam 200 mL)
h) 20 g Agar Bacto
i) Akuades (hingga tepat 1 L)
j) Merah kongo 1 % ( 1 g Merah kongo dalam 100 mL aquades)
k) NaOH 1%
Mengisolasi mikroba pendegradasi bahan organik, bakteri, dan fungi selulolitik

17. Difco™ Brain Heart Infusion Agar
a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

18. Difco™ Brilliant Green Bile Broth 2%
a) 10.0 g/L Peptone
b) 20.0 g/L Oxgall
c) 10.0 g/L Lactose
d) 13.3 mg/L Brilliant Green
Mendeteksi organisme coliform di dalam makanan, produk susu, air, dan wastewater

19. Difco™ Mannitol Salt Agar
a) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
b) 1.0 g/L Beef Extract
c) 10.0 g/L D-Mannitol
d) 75.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
f) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

20. Difco™ MIO Medium
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 5.0 g/L L-Ornithine HCl
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 2.0 g/L Agar
g) 0.02 g/L Bromcresol Purple
Menunjukkan pergerakan dan kegiatan dekarboksilasi ornithine untuk membedakan dari Enterobacteriaceae

21. Difco™ Mycobacteria 7H11 Agar
a) g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 15.0 g/900 mL Agar
l) 1.0 mg/900 mL Malachite Green
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

22. Difco™ Tellurite Glycine Agar
a) 6.5 g/L Yeast Extract
b) 3.5 g/L Soytone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 10.0 g/L Glycine
e) 5.0 g/L D-Mannitol
f) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
g) 5.0 g/L Lithium Chloride
h) 17.5 g/L Agar
Isolasi koagulsi positif dari staphylococci

23. Difco™ Thermoacidurans Agar
a) 5.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L Proteose Peptone
c) 5.0 g/L Dextrose
d) 4.0 g/L Dipotassium Phosphate
e) 20.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi Bacillus coagulans (Bacillus thermoacidurans) dari makanan

24. Difco™ Tomato Juice Agar
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Peptonized Milk
d) 20.0 g/L Agar
Kultivasi dan enumerasi Lactobacillus


26. Difco™ Tomato Juice Broth
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Dextrose
d) 0.5 g/L Dipotassium Phosphate
e) 0.5 g/L Monopotassium Phosphate
f) 0.1 g/L Magnesium Sulfate
g) 0.01 g/L Sodium Chloride
h) 0.01 g/L Ferrous Sulfate
i) 0.01 g/L Manganese Sulfate
Kultivasi dan enumerasi mikroorganisme asidofilik lain dari air ludah dan spesimen lain

27. Inositol Brilliant Green Bile Agar (Plesiomonas Differential Agar)
a) 10.000 Gms/Litre Proteose peptone
b) 5.000 Gms/Litre Meat extract
c) 10.000 Gms/Litre Meso-Inositol
d) 8.500 Gms/Litre Bile salts mixture
e) 5.000 Gms/Litre Sodium chloride
f) 0.00033 Gms/Litre Brilliant green
g) 0.025 Gms/Litre Neutral red
h) 13.500 Gms/Litre Agar
Isolasi selektif pada Plesiomonas shigelloides dan Aeromonas species dari feses dan bahan makanan

28. Lactose Agar with Bromthymol Blue and Crystal Violet
a) 15.00 g/L Lactose
b) 1.00 g/L Sodium Thiosulfate
c) 7.50 g/L Casein Peptone
d) 1.00 g/L Sodium Desoxycholate
e) 7.50 g/L Meat Peptone
f) 0.08 g/L Bromothymol Blue
g) 3.00 g/L Beef Extract
h) 0.005 g/L Crystal Violet
i) 3.00 g/L Yeast Extract
j) 12.00 g/L Bacteriological Agar
Isolasi bakteri gram negatif dari urine, feses, dan spesimen klinis lainnya.

29. Lignin-benomyl-guaiacol
a) 0.5 g KH2PO4
b) 0.2 g MgSO4.7H2O
c) 0.1 g NH4NO3
d) 0.1 g KCl
e) 0.02 g FeSO4.7H2O
f) 0.05 g Ca(NO3)2.4H2O
g) 2 g Malt ekstrak
h) 15 g Agar bacto
i) 5 mL Larutan KOH 1 M
j) 0.4 mL Guaiacol
k) 1 g Indulin AT (alkali liginin)
l) 60 mg Antibiotik Clortetrasycline-HCl
m) 30 mg Streptomycin sulfate
n) 30 mg Penisilin G
o) 4 mg Benomyl (seperti benlate 50 WP)
Mengisolasi fungi ligninolitik

30. Media cair alami Air tebu, air kelapa, nira aren, susu sapi segar, susu skim, susu kedelai di samping berbagai medium cair yang berkomposisikan gula-gula sederhana seperti gula pasir, glukosa, fruktosa, dan laktosa Pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat dalam penyimpanan bakteri-bakteri asam laktat pada suatu bank mikroba

31 NA (Nutrient Agar)
a) 10 g Ekstrak Beef
b) 10 g Pepton
c) 5 g NaCl
d) 1000 mL Air desitilat
e) 15 g/L Agar
Uji air dan produk dairy. Nutrient Agar juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof serta digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni

32. Nitrate Broth
a) 5.0 g/L Peptone
b) 3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract
c) 1.0 g/L Potassium Nitrate
d) 1.0 g/L Proteose Peptone No. 3
Mendeteksi reduksi nitrat

33. Nutrient Broth
a) 5 g Pepton
b) 850 mL air distilasi/akuades
c) 3 g Ekstrak daging
Merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair

34. Ogye Agar Base
a) 5 g/L Yeast Extract
b) 20 g/L Dextrose
c) 12 g/L Agar
d) Supplement
100 mg oxytetracycline
10 mL sterile solution
Mendeteksi dan mengisolasi ragi dan cetakan dari makanan

35. Orange Serum Agar
a) 10.0 g/L Orange Serum
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 4.0 g/L Dextrose
e) 2.5 g/L Dipotassium Phosphate
f) 15.5 g/L Agar
Isolasi dan enumerasi terhadap mikroorganisme berhubungan dengan cacat produk buah jeruk

36. SSW (Synthetic Sea Water)
a) 5 g MgSO4.7H2O
b) 30 g NaCl
c) 1.4 g MgCl2.H2O
d) 0.7 g CaCl2.2H2O
e) 0.5 g Ekstrak Khamir
f) 0.5 g Pepton
g) 3 mL Gliserol
h) 1 L akuades
i) 10 g Bacto
Media spesifik untuk bakteri halofilik

37. Thayer-Martin Selective Agar
a) Chocolate II Agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatin
b) Trimethoprim
c) 20 g/L agar
d) 1.5 g/L dextrose
Isolasi patogen Neisseria dari spesimen campuran yang berasal dari tumbuhan, bakteri, dan fungi

38. Vancomycin Screen Agar
a) 8.00 /L Brain Heart Infusion
b) 5.00/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.00/L Peptic Digest of Casein
d) 5.00/L Sodium Chloride
e) 2.00/L Dextrose
f) 2.50/L Disodium Phosphate
g) 13.50/L Bacteriological Agar
h) 0.56/L FD & Yellow #5 Dye
Menyaring enterococci yang bersifat menentang atau menghambat vancomycin

39. Violet Red Bile Glucose Agar
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Glucose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 2.0 mg/L Crystal Violet
h) 15.0 g/L Agar
Deteksi dan enumerasi Enterobacteriaceae pada makanan dan produk susu

40. VJ Agar (Vogel and Johnson Agar)
a) 10.0 g/L Tryptone
b) 5.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Mannitol
d) 5.0 g/L Dipostassium Phosphate
e) 5.0 g/L Lithium Chloride
f) 10.0 g/L Glycine
g) 15.0 g/L Agar
h) 25.0 mg/L Phenol Red
Digunakan untuk awal pendeteksian koagulasi positif dan fermentasi mannitol staphylococci

41. VRBL (Violet Red Bile Agar)
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
Enumerasi bakteri coliforms di dalam produk susu

42. VRBL (Violet Red Bile Agar) with Lactose a) 10.00 g/L Lactose
b) 7.00 g/L Gelatin Peptone

c) 5.00 g/L Sodium Chloride
d) 3.00 g/L Yeast Extract
e) 1.50 g/L Bile Salts Nº 3
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 0.002 g/L Crystal Violet
h) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Pendeteksian dan enumerasi Coliforms di dalam produk susu, air, dan makanan

43. VRBL (Violet Red Bile Agar) with MUG
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
i) 0.1 g/L MUG (4-methylumbelliferyl-ß- D-glucuronide)
Enumerasi Escherichia coli dan total bakteri coliform pada makanan dan produk susu
Share:

MEDIA MIKROBA 2

Media Minimalis

1. Bacto™ Brain Heart Infusion

a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi: Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

2. Bacto™ Brain Heart Infusion, Porcine

a) 7.7 g/L Pork Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Pork Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Pork Peptone No. 2
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi: Kultivasi berbagai jenis mikroorganisme

3. BBL™ Brain Heart Infusion

a) Brain Heart, Infusion from (solids) 6.0 g/L
b) 6.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 14.5 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
d) 3.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

4. BBL™ Brain Heart Infusion Broth, Modified

a) Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/L
b) 15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

5. BBL™ Cary and Blair Transport Medium

a) 1.5 g/L Sodium Thioglycollate
b) 1.1 g/L Disodium Phosphate
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 5.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

6. BBL™ Casman Agar Base

a) 11.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 3.5 g/L Yeast Extract
d) 3.0 g/L Beef Extract
e) 0.05 g/L Nicotinamide
f) 0.05 g/L p-Aminobenzoic Acid
g) 0.5 g/L Dextrose
h) 1.0 g/L Cornstarch
i) 5.0 g/L Sodium Chloride
j) 13.5 g/L Agar

fungsi:Kultivasi organisme patogen yang kritis seperti Haemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae dari spesimen klinis

7. BBL™ Mueller Hinton II Broth (Cation-Adjusted)

a) 3.0 g/L Beef Extract
b) 17.5 g/L Acid Hydrolysate of Casein
c) 1.5 g/L Starch

fungsi:Prosedur kuantitatif untuk uji kepekaan pertumbuhan aerobik bakteri dari spesimen klinis

8. BBL™ Transport Medium (Stuart, Toshach and Patsula)

a) 1.5 g/L Sodium Thioglycollate
b) 10.0 g/L Sodium Glycerophosphate
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 2.0 mg/L Methylene Blue
e) 3.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

9. Beef Extract Powder
a) Beef Extract
b) Pepton

fungsi:Menyediakan media pembiakan untuk mikroba

10 Bovine Albumin 5%
a) Sodium chloride
b) Dextrose

fungsi:Memperkaya media untuk kultivasi suatu variasi jaringan sel dari mikroorganisme

11. Difco™ 2×YT Medium
a) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Yeast Extract
c) 5.0 g/L Sodium Chloride

fungsi:Kultivasi rekombinan strains Escherichia coli

12. Difco™ Brain Heart Infusion without Dextrose
a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 2.5 g/L Disodium Phosphate

Fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

13. Difco™ Oatmeal Agar
a) 60.0 g/L Oatmeal
b) 12.5 g/L Agar

fungsi:Kultivasi fungi terutama dalam bentuk makrospora

14. Difco™ Transport Medium Amies
a) 3.0 g/L Sodium Chloride
b) 0.2 g/L Potassium Chloride
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 0.1 g/L Magnesium Chloride
e) 0.2 g/L Monopotassium Phosphate
f) 1.15 g/L Disodium Phosphate
g) 1.0 g/L Sodium Thioglycollate
h) 10.0 g/L Charcoal
i) 4.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

15. Difco™ Transport Medium Amies without Charcoal
a) 3.0 g/L Sodium Chloride
b) 0.2 g/L Potassium Chloride
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 0.1 g/L Magnesium Chloride
e) 0.2 g/L Monopotassium Phosphate
f) 1.15 g/L Disodium Phosphate
g) 1.0 g/L Sodium Thioglycollate
h) 4.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

16. Difco™ YPD Agar
a) 10.0 g/L Yeast Extract
b) 20.0 g/L Peptone
c) 20.0 g/L Dextrose
d) 15.0 g/L Agar

fungsi:Memelihara dan menyebarkan ragi dalam pemeriksaan prosedur mikrobiologi molekular

17. Difco™ YPD Broth
a) 10.0 g/L Yeast Extract
b) 20.0 g/L Peptone
c) 20.0 g/L Dextrose

fungsi:Memelihara dan menyebarkan ragi dalam pemeriksaan prosedur mikrobiologi molekular

18. Terrific Broth
a) 12.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 24.0 g/L Yeast Extract
c) 9.4 g/L Dipotassium Phosphate
d) 2.2 g/L Monopotassium Phosphate

fungsi:Medium dengan glycerol untuk kultivasi recombinant strains E. Coli
Share:

Friday, October 7, 2011

Laporan Biologi Virus Tumbuhan

Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa molekul DNA atau RNA, biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung (coat protein) atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang (Matthews 1992).
Virus dapat menginfeksi inangnya melalui luka kecil pada tanaman. Setelah virus ini bereplikasi dan memperbanyak diri, tampaklah gejala-gejala penyakit pada tanaman seperti daun menguning, pertumbuhan terganggu, timbul bercak-bercak pada daun dan lainnya.

Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan. Keadaan fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya. Gejala penyakit yang tampak terjadi pada daun, dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari infeksi virus ialah terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat mati. Gejala penyakit yang ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan,biasanya terdapat pada daun yang masih muda sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang paling jelas biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi ada sejumlah virus yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada batang, buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada daun.

Kebanyakan penyakit virus tanaman bersifat sistematik dan virus yang menjadi penyebab terdapat diseluruh bagian tanaman. Gejala yang ditimbulkannya disebut gejala sistemik. Tetapi untuk virus tertentu dan pada tanaman tertentu, gejala serangnya bersifat lokal dengan timbulnya gejala nekrosa(kerusakan jaringan pada bagian tanaman tertentu) ditempat terjadinya infeksi oleh virus. Gejala semacam ini disebut gejala lesio lokal.Gejala lain akibat terserang virus pada tanaman adalah daun menguning, bercak bercincin atau bergaris, penghambatan pertunbuhan, kerdil, daun menggulung, mengkerut atau berubah seperti tali sepatu, nekrosis, percabangan berbentuk sapu dan sebagainya.
Virus, merupakan suatu organisme yang bersifat parasit obligat yang hanya terdiri dari protein dan asam nukleat baik berupa DNA atau RNA, namun tidak dapat melakukan metabolisme layaknya organisme pada umumnya. Sifat parasit obligat ini membuat virus hanya dapat memperbanyak diri apabila ia berada dalam sel inang. Berbeda dengan patogen-patogen penyebab penyakit atau hama lain seperti cendawan atau bakteri, virus tidak dapat menginveksi inang secara langsung, sebab ia tidak memiliki kemampuan untuk menembus jaringan inang. Virus hanya dapat menginveksi inang apabila ia kontak langsung dengan membran plasma sel, sehingga virus memerlukan benda atau organisme lain yang dapat menginjeksikannya kedalam sel inang atau biasa disebut vektor. Virus membawa informasi genetik yang terdapat dalam DNA atau RNAnya yang berfungsi untuk merusak sistem kerja sel inang. Virus juga memiliki sifat khusus dalam menginveksi inangnya sebab virus hanya dapat menginveksi apabila informasi genetik dalam RNA atau DNA virus dapat dibaca oleh sel inangnya. Ada hubungan yang sangat mendalam antara virus dan tumbuhan inangnya. Virus tumbuhan, seperti halnya virus lainnya, hanya dapat memperbanyak diri atau diperbanyak didalam sel inangnya. Proses perbanyakan ini sering mengacaukan fisiologi inang dan dapat mengakibatkan penyakit. Jadi virus lalu menjadi patogen. Dalam lingkungan alami virus dan inangnya sering mencapai keseimbangan dengan kerusakan minimun terhadap inangn, tekanan seleksi alami memungkinkan keduanya untuk bertahan. Pada penyakit, perbanyakan virus menyebabkan terjadi penyimpangan yang tampak atau gejala. Gejala individual ataus indr om (kelompok gejala) mungkin menentukan virus penyebabnya.

TujuanVirus merupakan salah satu penyebab penyakit yang menyerang hampir sebagian besar tumbuhan, baik tumbuhan liar, budidaya atau bahkan gulma. Serangan virus terhadap tumbuhan akan menunjukkan gejala kerusakan pada jaringan tumbuhan tersebut. Bentuk gejala ni dapat teramati secara kasat mata tanpa harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan alat optik lainnya. Untuk itu disini akan diamati bentuk gejala serangan virus terhadap tanaman. Dengan pengamatan ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala penyakit yang disebabkan oleh virus.

1.Penyakit Kuning
Salah satu OPT yang perlu diwaspadai adalah penyakit Virus Kuning. Penyakit ini sangat merugikan, Penyakit tanaman cabe tberupa virus kuning atau Bule sangat mengganggu. Penyakit ini disebabkan oleh serangga yang disebut Besmisia tabaci atau kutu kebul. Serangan virus kuning bisa berakibat pada penurunan produksi cabe bahkan kecenderungan gagal panen. Secara kasat mata gejala serangan penyakit Virus Kuning mudah dikenali dengan ciri-ciri: Terjadi klorosis pada anak tulang daun dari daun muda dan menyebar keseluruh bagian tanaman, hingga tampak tanaman menguning, Daun mengeriting keatas, menebal dengan ukuran yang mengecil. . Pertumbuhan terhambat atau kerdil. Infeksi virus pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Gejala kuning dapat dilihat dari kejauhan. Sedangkan gejala pada tanaman tomat adalah berupa tepi daun menguning atau pucat dan melekuk ke atas seperti mangkok (cupping),daun mengeras, daun mengecil dan tumbuh tegak, tanaman menjadi kerdil apabila terinfeksi virus sejak awal pertumbuhan.
Geminivirus termasuk dalam kelompok virus tanamandengan genom berupa DNA utas tunggal, berbentukikosahedral, dan terselubung dalam virion ikosahedral kembar(geminate) (Harrison 1985). Anggota kelompok geminivirusdibedakan berdasarkan tanaman inang, serangga vektor, dan struktur genomnya. Anggota geminivirus yang ditularkan olehserangga vektor B. tabaci umumnya dijumpai di daerah tropikadan subtropika yang dapat mendukung perkembanganserangga vektor dengan baik. Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari kelompok/Genus Begomovirus (singkatan dari: Bean golden mosaic virus), Famili Geminiviridae. Geminivirus dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Di Cuba, penyakit kuning pada cabai disebakan oleh Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV).

Virus ditularkan oleh kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci) secara persisten yang berarti selama hidupnya virus terkandung di dalam tubuh kutu tersebut (Gambar 4). Virus tidak ditularkan lewat biji dan juga tidak ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.

Serangan virus ini pada tanaman cabai menunjukkan gejala bercak kuning di atas permukaan daun, dan perlahan-lahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran daun normal, melengkung dan kaku. Pada serangan yang berat, hamparan cabai bisa berubah warna menjadi kuning, lalu daun akan rontok. Bila kita perhatikan tanaman yang terserang virus ini maka di bawah permukaan daun akan di terlihat kutu berwarna putih/kutu kebul (Besimia tabaci Genn.) yang di duga sebagai vektor (pembawa) penyebar virus. Melihat gejala di atas dan adanya kutu kebul, ada dugaan bahwa penyakit kuning keriting tersebut di sebabkan oleh geminivirus.

Cara Pencegahan:
Pertama, penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian yang baik sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih baik dan secara fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan OPT.

Kedua, pemanfaatan kelambu untuk menutup persemaian (pengerondongan persemaian). Kelambu terbuat dari kain sifon yang dipasang dengan baik dan rapi sehingga tidak dapat ditembus dan dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus sejak dini.

Ketiga, penyiapan lahan tanam dengan baik. Keempat, penanaman tanaman pagar (penghalang) di sekeliling petak pertanaman cabai, untuk menghambat infestasi serangga vektor (yang berarti menghindari penularan virus). Terdapat beberapa jenis tanaman pagar yang dapat digunakan antara lain tanaman jagung dan orok–orok. Tanaman pagar jagung ditanam sebanyak 6 baris kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam cabai dengan jarak tanam yang rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung yang digunakan, dilakukan beberapa baris tanam dengan selang waktu tanam satu minggu.

Kelima, sanitasi lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan tanaman inang dan tanaman yang telah menunjukkan gejala serangan. Keenam, pemasangan likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning yang sudah diberi perekat). Likat kuning dipasang di areal pertanaman dengan tiang pancang setinggi + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sebanyak 40 buah/hektar.

Ketujuh, pemanfaatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria) yaitu merendam benih yang akan disemai dengan larutan PGPR selama 6–12 jam dengan konsentrasi larutan 20 ml/liter air. Pemanfaatan PGPR dapat juga dilakukan dengan cara dilakukan penyiraman larutan PGPR setiap satu minggu sekali. Kedelapan, apabila dimungkinkan dapat disemprotkan larutan cairan daun bayam duri atau daun bunga pagoda atau daun nimba untuk menginduksi ketahanan tanaman.

2.Penyakit Keriting
Penyebabnya adalah CMV (Cucumber Mosaic Virus). Vektornya berupa Aphid dan Thrips. Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan hisap. Pada saat ia berada di permukaan daun, Aphid akan menghisap zat-zat dari daun, sehingga otomatis dia akan bisa menularkan penyakit (virus) dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun menjadi pucat dan tidak dapat memasok kebutuhan organ lain.
Keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus. Virus pada tanaman cabe biasanya disebarkan oleh hama vektor myzus dan bemisia (kutu kebul). Jika virus menyerang pada tanaman cabe akan memberikan gejala yang bermacam-macam sesuai denga jenis virusnya. Salah satu gejala yang akibatkan oleh virus tanaman cabe adalah adanya daun tanaman cabe yang menggulung atau kita sebut keriting. Keriting daun yang disebabkan oleh virus dapat dibedakan dengan penyebab lain karena virus ini akan menyebabkan sebagian besar daun cabe menggulung. Hal ini berbeda dengan gejala yang diakibatkan oleh trips maupun tungau yang akan menggulung tanaman cabe hanya daun bagian ujung saja. Gejala keriting daun oleh Virus kadang-kadang juga dikuti oleh kerdilnya tanaman dan berubahnya warna daun.
1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma dilahan maupun disekitar lahan
2. Gunakan mulsa plastik hitam perak
3. Jarak tanam jangan terlalu rapat
4. Kalau memungkinkan gunakan sprinkel untuk menyiram tanaman
5. Untuk keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus cegah dengan mengendalikan vektornya
6. Gunakan insektisida yang tepat sasaran. Untuk trips, myzus dan bemisia gunakan insektisida berbahan aktif abamektin, karbosulfan, fipronil, imidakloprid. Untuk tungau gunakan akarisida seperti samite, mitac dan mesurol.
7. Ketika mengaplikasi pestisida tambahkanlah pupuk daun untuk mempercepat pemulihan tanaman.
8. Jika merasa selalu kesulitan mengendalikan keriting daun tanaman cabe maka hindari menanam cabe pada musim kemarau.

3. Virus Pada Kacang Panjang
Virus Cowpea little leaf virus menyerang tanaman kacang panjang.Penyakitnya berupa daun-daun tanaman yang mengecil.Gejala yang ditimbulkan akibat serangan seperti, pada tiap-tiap ruas tumbuh tunas-tunas (yang seharusnya dorman) tetapi karena adanya hormone perangsang yang telah dikendalikan virus maka tunas –tunas tersebut tumbuh secara bebas dan tidak teratur.Virus mosaik pada kacang panjang (Cowpea aphid-borne mosaic virus) atau virus CoMV.Virus ini menyebabkan timbulnya mosaik pada daun, daun tanaman asimetris karena perkembangan yang tidak merata, permukaan daun mengalami penglepuhan.Penyebab penyakit mosaic ini merupakan virus yang ditularkan melalui perantara aphid (Aphis craccivora Kock) atau kutu daun.Tanaman yang terserang berat akan menghasilkan daun –daun berwarna kekuningan, kerdil, mengalami malformasi, dan kehilangan vigor.Semakin banyak aphid menyerang tanaman, daun, dan pucuk sulur semakin banyak yang rusak dan akhirnya mati.

Akibat infeksi berupa mosaik yaitu daun tanaman yang terserang berwarna belanh hijau muda sampai hijau tua.Ukuran daun menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal.Jika virus menyerang tanaman muda , pertumbuhan tanaman akan terhambat dan akhirnya menjadi kerdil.Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, varietas tanaman, dan strain virus.Secara umum gejala yang timbul dikempokan menjadi:1. Gejala mosaic dan mottle pada daun biasanya berwarna pucat atau kekuning-kuningan yang menyebar berupa percikan,2. Gejala klorosis berupa warna pucat , baik menyeluruh maupun bercak saja,3. Gejala vein-clearing: warna pucatpada urat daun sehingga kelihatan transparan dan berkilau diantara warna daun yang hijau,4. Gejala nekrosis : matinya suatu jaringan, biasanya terjadi pada urat daun, batang berupa garis-gari coklat, bercakk pada daun atau bercak cekung nekrosis.

Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
Share:

MACAM MEDIA MIKROBA (MEDIA DIPERKAYA)



A. Media Diperkaya
1. Difco™ Baird-Parker Agar EY Tellurite Enrichment
a) 10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/950 mL Beef Extract
c) 1.0 g/950 mL Extract Yeast
d) 12.0 g/950 mL Glycine
e) 10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate
f) 5.0 g/950 mL Lithium Chloride
g) 20.0 g/950 mL Agar

fungsi: Isolasi dan enumerasi dari koagulasi staphylococci positif dari makanan, kulit, minyak, udara, dan material lain serta identifikasi staphylococci atas dasar kemampuan mereka untuk membersihkan kuning telur

2. Difco™ EY Tellurite
a) 10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/950 mL Beef Extract
c) 1.0 g/950 mL Extract Yeast
d) 12.0 g/950 mL Glycine
e) 10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate
f) 5.0 g/950 mL Lithium Chloride
g) 20.0 g/950 mL Agar
h) 30% egg yolk suspension with 0.15% potassium tellurite

fungsi Isolasi dan enumerasi dari koagulasi staphylococci positif dari makanan, kulit, minyak, udara, dan material lain serta identifikasi staphylococci atas dasar kemampuan mereka untuk membersihkan kuning telur

3. Difco™ Muller Kauffmann Tetrathionate Broth Base
a) 5.0 g/L Beef Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 3.0 g/L Sodium Chloride
d) 45.0 g/L Calcium Carbonate
e) 38.1 g/L Sodium Thiosulfate (anhydrous)
f) 4.7 g/L Oxgall
Memperkaya Salmonella dari air dan bahan makanan

4. Media 2,4-D
a) 0.1 g/L 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid
b) 4.2 g/L K2HPO4.3H2O
c) 1.0 g/L NaH2PO4.H2O
d) 0.2 g/L MgSO4.7H2O
e) 0,1 mL Nitrilotriacetic Acid
f) 2 g/L NH4Cl
g) 0.012 g/L FeSO4.7H2O
h) 0.003 g/L MnSO4.H2O
i) 0,003 g/L ZnSO4.7H2O
j) 0.001 g/L CoSO4

Fungsi: Isolasi bakteri pengonsumsi herbisida 2,4-dichlorophenoxyacetic acid

5. Media bebas nitrogen
a) 10 g/L Glucose
b) 1g/L CaCO3
c) 1 g/L KH2PO4
d) 0.2 g/L MgSO4.7H2O
e) 0.3 g/L FeSO4.7H2O
f) 0.2 g/L NaCl
g) 0.005 g/L Na2Mo4.2H2O
h) 15g/L

fungsi: Agar Isolasi bakteri penambat nitrogen


Share:

Saturday, May 21, 2011

"Solo The Spirit of Java" Semangat Budayane Wong Solo

Kota Solo memang tidak sebesar kota-kota di Jawa lainnya seperti Semarang, Surabaya, Bandung dan Jogjakarta. Namun potensi Solo tidak kalah dengan kota-kota besar tersebut. Baik dalam bidang pendidikan, perekonomian hingga wisata dan seni budaya.

Mengenai pendidikan, di Kota solo ada Universitas baik negeri maupun swasta, dan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas salah satunya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di Solo juga sudah terdapat banyak pendidikan di tingkat SMP dan SMA/SMK yang memiliki kualitas yang bagus. Hingga para pelajar dari kota Solo bukan hanya berasal dari kota Solo. Tapi dari daerah se Indonesia.

Mengenai potensi ekonomi, Solo juga banyak memproduksi aneka produk makanan, kerajinan dan yang paling populer adalah batik Solo. Sehingga dapat pula disebut sebagai kota batik. Batik Solo memiliki motif yang sangat bervariatif dan produk-produknya selalu mengikuti model terbaru. Banyak sekali jenis batik yang diproduksi dengan harga yang juga berfariatif. Motif yang terkenal diantaranya adalah runtum, sidoluhur, alas-alasan dan lain sebagainya.

Meskipun Solo selalu berkembang dan menjadi kota yang modern tapi semangat kebudayaan tidak pernah padam. Banyak sekali pagelaran seni yang diadakan di kota Solo. Sehingga untuk para penikmat seni tidak akan bosan berkunjung di kota ini. Karena dalam satu tahun banyak sekali acara yang diselenggarakan di Kota yang lengkap namun tetap sederhana ini. Beberapa rangkaian acara untuk tahun 2011 sendiri adalah:
Grebeg Sudiro
Untuk perayaan Tahun Baru Imlek. Saat perayaan Imlek ini, di daerah Pasar Gede banyak sekali lampion yang di pasang di atas jalan Pasar Gede. Indah sekali kalau di lihat pada malam hari.
Sekaten
untuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Festival Ketoprak
Solo Karnaval
Solo Menari
Festival Dolanan Bocah

yang menampilkan atraksi permainan anak tempo dulu
Seni Kampung Solo
untuk menampilkan seniman-seniman kampung yang memiliki bakat seni tinggi
Kretif Anak Sekolah Solo sebagai ajang kreatifitas anak-anak sekolah.
Solo Batik Karnival yang memperkenalkan batik solo
Keraton Art Festifal yang memperkena
Solo International Performing Art yang diikuti oleh beberapa negara seperti India,Korea,Romania,Meksiko dan Malaysia

Dapat dilihat dari berbagai event yang diselenggarakan, perhatian pemerintah kota Solo bukan hanya untuk seniman dari kalangan tertentu atau profesional saja. Namun sangat luas dan mencakup berbagai macam kalangan. Mulai dari anak-anak, seniman kampung, seniman profesional hingga sampai ke internasional. Setiap perayaan juga di sambut dengan sangat antusias oleh masyarakat. Sehingga tidak ada kata jenih untuk berkunjung ke kota Solo menikmati berbagai macam produk makanan, kerajinan dan pagelaran seni.

Acara yang baru saja berlangsung pada hari Jumat tanggal 20 Mei adalah Mangkunegaran Performing Art. Sebagai salah satu rangkaian acara dari Pekan Informasi Nasional yang diadakan di kota Solo. Pekan Informasi Nasional (PIN) 2011 merupakan puncak peringatan Hari Kebangkitan Nasional Ke–103 sekaligus sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan jaringan komunikasi dan informasi nasional dalam rangka peningkatan SDM masyarakat di bidang penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang diadakan di kota Solo. selain performing art juga ada lomba animasi dan bloger yang diikuti oleh umum.



Acara di Mangkunegaran dimulai pada pukul 19.30 WIB. Acara ini terbuka untuk umum dan akan ditampilkan empat tarian khas Mangkunegaran yang dibawakan oleh penari dari Langenprojo Pura Mangkunegaran dan mahasiswa Akademi Seni Mangkunegaran. Tarian tersebut adalah Gambyong Pareanom, Srimpi Pandelori, Wireng Narayana Kalakresno, dan Bregodo Pareanom. Pareanom menjadi ciri khas Mangkunegaran yang menunjukkan warna identitas istana, yaitu hijau dan kuning. Selain memiliki Institut Seni Solo juga memiliki Akademi Seni Mangkunegaran yang di buka untuk umum. Selama tiga tahun para mahasiswanya akan belajar berbagai macam disiplin ilmu mulai dari berbagai macam tari, pewayangan hingga bagaimana menyiapkan pertunjukan kesenian.

Memasuki Mangkunegaran pengunjung akan melihat semarak lampu-lampu yang bergaya tradisional yang mewarnai Mangkunegaran. Juga seperangkat gamelan yang akan dipergunakan untuk mengiringi tari yang akan di pertunjukkan. Setelah acara pembukaan tarian pertama yang ditampilkan adalah Gambyong Parianom. Tarian penyambutan yang dimainkan oleh tujuh orang penari putri yang memakai baju berwarna kuning hijau. Tari gambyong merupakan salah satu bentuk tari tradisional jawa tari putri gaya surakarta yang merupakan hasil perpaduan tari rakyat dengan tari kraton. Pada awalnya tari gambyong sebagai bagian dari tari tayub / tari taledek yang hidup di lingkungan rakyat kemudian berubah menjadi bentuk tari yang berkembang di lingkungan kraton.


Dilanjutkan dengan Tari Srimpi yang dibawakan oleh empat orang penari putri yang memakai pakain berwarna hitam. Tari ini menceritakan menceritakan peperangan Dyah Sirtupelaheli dengan Kusuma Sudarawerti. Serimpi (srimpi) merupakan salah satu tari putri yang berasal dari istana. Biasanya serimpi dibawakan 4 penari putri, dengan rias dan kostum yang sama. Nama / judul tari serimpi, seperti halnya tari putri yang lain, sama dengan salah satu gending (lagu) pengiringnya (selalu ada pengecualian, artinya tidak semua). Seperti Srimpi Irim-Irim, diiring gending Irim-Irim, Srimpi Pandelori, diiringi gending Pandelori.


Kemudian disusul oleh tari Wireng Narayana Kalakresno yang digunakan untuk melamar Dewi Rukmini. Tari Narayana-Kalakresna yang dibawakan dua penari putra mengungkapkan kisah Narayana yang hendak memperistri Dewi Rukmini. Untuk mendapatkan gadis idamannya, Narayana harus terlebih dulu mengalahkan Prabu Kalakresna yang dalam tarian tersebut diilustrasikan dengan manusia yang menyeramkan. Oleh dewa, dia kemudian dinobatkan sebagai raja dengan nama Prabu Kresna.


Yang terakhir adalah tarian Bregodo Pareanom Spirit prajurit perempuan dituangkan dalam tarian Bregodo Pareanom. Nama itu merupakan simbol pasukan perang perempuan yang disebut Sinelir. Mereka didikan Raden Mas Said atau KGPAA Mangkunegoro I dan Matah Ati.


Tarian-tarian tersebut dimainkan dengan lemah gemulai oleh para penari putri dan penari putra. Penonton dapat merasakan semangat dan keindahan dari tarian yang ditampilkan. Selain tarian juga ada bazar makanan khas Mangkunegaran. Seperti Podang Tape, Ketan Srikaya, Lodoh Pindang, Pekak Mangkunegaran, Apem, Pondoh,Soup Lidah, Empal,Dawet Cendol dan masih banyak lagi.




Acara Mangkunegaran Performing art ini adalah salah satu kegiatan seni yang di gelar di kota Solo yang selalu di sambut antusias oleh masyarakat dari kota Solo hingga turis asing. Karena potensi kesenian di kota Solo sungguh luar biasa sayang sekali jika potensi ini tidak dimaksimalkan. Sangat bagus sekali pemerintah kota Solo sudah memberikan perhatian terhadap kesenian di Solo. Karena potensi ini untuk meningkatkan perekonomian dan menggembangkan potensi pariwisata. Namun meskipun telah berkembang pesat tetap perlu pengembangan dan eksplorasi lebih jauh lagi. Apalagi daerah-daerah wisata dan tempat-tempat kesenian di kota Solo. Kampung Batik Laweyan yang juga dapat dijadikan tempat berwisata dan juga Musium Radya Pustaka.

Banyak sekali yang dapat dinikmati di Kota Solo, hingga kita tidak akan pernah bosan jika mengunjungi kota yang sederhana namun lengkap ini. Seperti slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Selain itu Kota Solo juga memiliki beberapa julukan, antara lain Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Slogan tersebut adalah perwujudan semangat warga dan Pemerintah solo untuk menjadikan solo kota yang indah dan berjiwa seni tinggi. Masyarakat Solo adalah masyarakat yang terkenal dengan sikap dan perilakunya yang berbudi dan sopan karena juga masih ada adat dan kebiasaan keraton yang hidup bukan saja di kalangan keraton tapi juga menjadi adab tingkah laku masyarakat Solo. Bagi yang berwisata di kota ini akan dimanjakan oleh berbagai macam makanan dan terhibur oleh berbagai pertunjukan seni.


Semangat Berkarya, Selalu Berbudaya itu baru Wong Solo...

Share:

Thursday, January 6, 2011

Kloning DNA

Di jaman modern, bioteknologi telah lebih banyak menggunakan sumber genetik (DNA) organisme yang telah dimanipulasi dan disebut dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika telah memungkinkan para ilmuwan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda. Namun demikian, dengan meluasnya aplikasi rekayasa genetika ini di segala bidang, perlu juga diperhatikan masalah-masalah sosial dan etika yang dapat timbul.
Kloning : yaitu teknik perbanyakan sel, jaringan atau organisme secara aseksual, bias melibatkan dua induk atau satu induk.

Kloning DNA umumnya adalah perbanyakan DNA rekombinan, yaitu DNA yang sudah direkayasa dengan teknik penggabungan/penyisipan gen (DNA) dari organisme satu ke dalam genom organisme lain (transplantasi gen/teknologi plasmid). Contohnya : kloning gen penghasil insulin dari kelenjar pankreas manusia, disisipkan ke dalam plasmid bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri dapat mengekspresikan gen tersebut dan menghasilkan insulin manusia dalam jumlah yang banyak, mengingat bakteri sangat cepat membelah diri dan bertambah banyak dengan cepat.
Mekanisme Penyisipan Gen/DNA :
1. DNA yang ingin disisipkan, diisolasi dan dipotong oleh enzim endonuklease restriksi, ditempat yang urutan nukleotidanya spesifik.
2. DNA yang akan digunakan sebagai inang, misalnya plasmid bakteri E. coli, diisolasi dan dipotong pula oleh enzim yang sama. Plasmid ini biasanya disebut sebagai vektor pengklon.
3. Fragmen DNA kemudian disisipkan ke dalam vektor dan disatukan oleh enzim endonuklease ligase.
4. Plasmid yang telah disisipi, dimasukkan kembali ke dalam bakteri, kemudian bakteri tersebut dikembangbiakan menjadi banyak, sehingga rekombinan pun ikut bertambah banyak, demikian pula hasil ekspresi gennya

Teknologi DNA Rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Manfaat rekayasa genetika ini adalah mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan dibahas sebagai berikut:

1. Cellular Enzymes / Enzim seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage.
Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang berfungsi untuk ’membaca’ sekuen DNA dan mengsintesis molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di banyak organisme karena semua organisme harus ’merekam’ gen mereka
Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA (atau RNA) yang satu dengan lainnya.
Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi membentuk blue-print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns dalam kromosom.

2. Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
Share:
Menulis adalah salah satu cara untuk mengubah, menyimpan dan menyampaikan

Q n A

Mau diskusi dan bertanya soal Biologi? Silahkan kirim email ke kazebara20@gmail.com
See me on Instagram @wardhaayu