Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat

Botani

Mempelajari berbagai macam hal mengenai tumbuhan seperti fisiologi dan sistematika

Zoologi

Mempelajari seluk beluk dunia hewan dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi

Mikrobiologi

Serunya mengamati mereka yang tidak kasat mata

Genetika dan Molekuler

Rekayasa dan ilmu tentang berbagai macam unsur pembentuk kehidupan yang masih penuh misteri

Ekologi

Bumi dan isinya adalah keajaiban. Semua memiliki tempat masing-masing yang harus dijaga keseimbangannya.

Monday, May 27, 2013

Short Chain Fatty Acids (SCFA)


Asam lemak rantai pendek (SCFA) dibentuk ketika polisakarida difermentasi oleh bakteri anaerobik yang terdapat dalam usus besar. Terdapat banyak bentuk polisakarida dalam usus besar, salah satunya pati resisten. SCFA utama yang dihasilkan dalam usus manusia adalah butirat, propionat, dan asetat. Konsentrasi SCFA dalam usus besar bergantung pada jenis polisakarida. Umumnya, asetat adalah asam lemak berantai pendek yang paling banyak dihasilkan sedangkan butirat yang paling rendah. Selain itu, konsentrasi juga dipengaruhi oleh daerah di usus besar. Konsentrasi tertinggi dideteksi pada daerah yang paling dekat dengan usus halus (70-140 mM)
Hubungan Flora dalam Usus Manusia dengan SCFA
Koloni bakteri dalam intestinal manusia memfermentasi “resistant starch” atau pati resisten dan polisakarida non-pati (sebagian besar berupa serat pangan) menjadi SCFA terutama asetat, propionat dan butirat.
Antara mikroflora dalam usus dan SCFA saling berhubungan dan mengalami ketergantungan. Untuk dapat memproduksi SCFA dalam saluran cerna dibutuhka mikroba yang menghasilkan enzim untuk fermentasi pati resisten atau bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh pencernaan manusia. Sehingga jumlah mikroflora juga dapat mempengaruhi jumlah SCFA. Sedangkan SCFA dapat menyeimbangkan PH dalam usus yang cocok untuk kehidupan mikroflora.
Manfaat SCFA
SCFA yang diserap digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, dan aktivitas lipogenesis. Aktivasi SCFA oleh secara enzimatis adalah dengan pembentukan acyl-CoA antara lain acetyl-CoA, propyonil-CoA dan butyril-CoA yang merupakan faktor penting yang mengatur penyerapan SCFA oleh jaringan tubuh. Adanya produksi SCFA dari fermentasi serat pangan menyebabkan “luminal SCFA infusion”, juga peningkatan massa dan proliferasi kolon. SCFA mempengaruhi transport sel epitel koton (usus besar), metabolisme “colonocyte”, pertumbuhan dan diferensiasinya, kontrol hari akan lemak dan karbohidrat, meningkatkan persediaan energi otot, ginjal, otak dan jantung. Selain itu SCFA berperan dalam pengaturan “ulcerative colitis”, “diversion colitis”, serta “in enteral feeding”.
Asam lemak rantai pendek (SCFA) dapat menurunkan pH kolon sehingga mampu menyeimbangkan mikroflora dalam usus. SCFA diserap dalam bentuk asam tidak terdisosiasi (difusi non ionik) atau dalam bentuk garam sodium dan potassium dari SCFA (difusi ionik). SCFA yang diabsorbsi akan digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan lipogenesis.
Asam asetat diabsorbsi dan dimetabolisme di hati, otot, jaringan otak. Asam propionat dimetabolisme di hati serta mampu menurunkan sintesa kolesterol. Butirat menunjukan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kanker kolorektal. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa butirat dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker kolorektal dengan cara menghambat proliferasi sel, serta meningkatkan kemampuan diferensiasi dan apoptosis sel.
Asam Lemak butirat di dalam caecum dan kolon lebih tinggi ketika substrat berupa serat pangan dibanding substrat tanpa serat. Butirat digunakan sebagai sumber energi oleh sel epitel kolon . Selain sebagai sumber energi, butirat mampu mengikat senyawa toksin di kolon sehingga dapat berfungsi sebagai senyawa anti karsinogenik. SCFA menstimulasi aliran darah kolon, fluida dan penyerapan elektrolit. Butirat merupakan substrat yang lebih disukai oleh colonocytes dan menunjukkan peningkatan fenotip normal pada sel.
SCFA memberikan kontribusi pada efek penurunan kolesterol. Kerja SCFA pada metabolisme glukosa hati atau sintesis kolesterol tergantung pada rasio asetat dan propionat di dalam pemburuh darah porta. Asetat dan propionat terlebih dulu mencapai liver, sehingga berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat dan lemak.

Share:

Tuesday, May 14, 2013

Efek Positif Radikal Bebas




Radikal bebas terkenal berdampak negatif bagi tubuh. Namun tidak selamanya radikal bebas berbahaya. Tubuh menghasilkan radikal bebas karena radikal bebas juga memiliki manfaat bagi tubuh. Yaitu untuk membunuh patogen yang menginvasi tubuh. Radikal bebas menjadi berbahaya jika jumlahnya berlebihan dan lebih banyak dari antioksidan yang berada di dalamtubuh. Jika jumlah radikal dan antioksidan tidak seimbang akan menyebabkan kerusakan oksidatif.
Tubuh dilengkapi dengan sel-sel inflamasi seperti sel granulosit, monosit, dan makrofag, yang dapat memproduksi senyawa-senyawa yang bersifat oksidan. Senyawa-senyawa ini, selain dapat menghancurkan mikroorganisme dapat pula merusak sel tubuh. Ketika dalam tubuh terjadi peradangan hebat, hal itu banyak melibatkan sel-sel radang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
Berikut beberapa contoh peranan radikal bebas sebagai senyawa oksigen reaktif dan senyawa nitrogen reaktif yang secara fisiologis berperan sebagai regulator dalam metabolisme.
Ø  Anion superoksida berperan dalam kemotaksis bakteri.
Ø  Radikal NO mengubah endhotelial derived relaxing factor menjadi modulator neuronal.
Ø  H2O2 secara fisiologis berperan dalam agregasi platelet.
Belleville-Nabet (1996) juga meloporkan efek positif keberadaan radikal bebas, sebagai berikut:
Ø  Senyawa oksigen rteaktif berperan dalam proses bakterisidal dan bakteriolisis normal. Seperti diketrahui, senyawa oksigen reaktif jugfa disintesis sel fagosit melalui jalur NADP oksidase, seperti radikal O2 dan H2O2 yang berperan sebagai pembunuh bakteri (bakterisidal). Oleh sebab itu seseorang yang kekurangan NADP oksidase akan mudah mengalami inflamasi berulang.
Ø  Radikal O2 memiliki sifat vasokonstriktor pada otot halus atau dalam fibroblas.
Ø  Senyawa oksigen reaktif berperan dalam sintesis DNA karena aktivitas ribonukleotida reduktase (yang mengubah ribosa menjadi doksiribosa) sangat bergantung pada senyawa oksogen reaktif.
Ø  Senyawa oksigen reaktif berperan dalam kapasitasi spermatozoid sehingga keberadaannya sangat berfungsi dalam fertilisasi.
Ø  Secara in vitro senyawa oksigen reaktif juga bersifat mitogenik pada berbagai sel.

Daftar Pustaka
Belleve-Nabet, F. 1996. “Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan dalam Sistem Biologis.” Dalam: Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan kedutaan Besar Prancis-jakarta
Winarsi, H.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Jakarta- Penerbit Kanisius

Share:
Menulis adalah salah satu cara untuk mengubah, menyimpan dan menyampaikan

Q n A

Mau diskusi dan bertanya soal Biologi? Silahkan kirim email ke kazebara20@gmail.com
See me on Instagram @wardhaayu