Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat

Monday, June 3, 2013

LAPORAN KKL JURUG BAB 8 - PENUTUP

BAB VIII
PEMBAHASAN

1.        Upaya penanggulangan analisis SWOT

Dari hasil analisis SWOT, dapat dilakukan beberapa upaya penanggulangan yang dapat meningkatkan kelemahan-kelamahan maupun menguatkan kelebihan yang terdapat pada Taman Satwa Taru Jurug. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
·         Dilakukan pengeloaan pembuangan sampah, seperti pembagian kategori sampah menjadi organik (kertas, sisa makanan, daun), anorganik (plastik, sterofoam), dan logam. Atau bisa juga menerapkan sistem seperti yang dilakukan di Taipei atau Jepang, sampah dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu sampah organik(daun-daun, sisa makanan), plastik, kertas, logam, dan pecah belah. Kemudian sampah-sampah yang sudah terpisahkan tersebut dapat diolah sesuai jenis sampahnya.
-          Kertas dapat didaur ulang kembali menjadi kertas daur ulang.
-          Sampah dedaunan dapat dijadikan pupuk, dengan membangun suatu tempat pengolahan khusus pupuk (rumah kompos).
-          Sampah logam yang kandungannya dapat mencemari lingkungan dapat diolah dengan dimanfaatkan kembali atau diserahkan kepada pengumpul logam (bagi yang sudah tidak dapat dimanfaatkan). Pemanfaatan kembali logam, dapat dijadikan barang kerajinan.
-          Barang pecah belah dapat diserahkan ke pengumpul untuk diuraikan kembali agar bisa digunakan lagi.
-          Plastik yang masih dapat di daur ulang, dapat direcycle kembali. Seperti plastik botol minuman atau sedotan dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajianan. Sedangkan plastik yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, dapat dihancurkan dengan di bakar atau mencari solusi lain lebihramah lingkungan.
·         Pengelola TSTJ seharusnya berasal dari pakar atau mereka yang mengerti mengenai  hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Dengan mengerti porsinya masing-masing, maka pengelolaan TSTJ dapat lebih baik, dan tertata.
·         Agar TSTJ dapat berkembang sesuai harapan pemerintah seharusnya memberikan sokongan dana yang cukup untuk menjalankan pengelolaan dan mendukung penuh upaya yang akan dilakukan untuk memajukan TSTJ. Serta diberikan pengawas atau bidang khusus yang mengelola TSTJ.
·         Fasilitas yang disediakan oleh pengelola harus sesuai dengan tiket masuknya.
·         Pengelola harus memberikan rasa nyaman, tenang, dan aman bagi pengunjung, sehingga akan semakin banyak pengunjung yang mau datang ke TSTJ.
·         Dilakukan penambahan jenis fauna agar lebih bervariasi dan lebih menarik minat pengunjung. Namun, disertai ketersediaan tenaga ahli dalam bidang hewan serta fasilitas kandang yang baik dan menyesuaikan habitat aslinya agar hewan merasa betah dan tidak tertekan. Selain itu, pembuatan kandang yang aman, agar tercipta kandang yang aman, sehingga tidak mengancam pengunjung. Menambahkan deskripsi di setiap depan kandang satwa untuk sarana edukasi pengunjung.
·         Penanaman berbagai jenis flora yang berwarna seperti berbagai jenis bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga terbentuklah estetika taman yang indah. Letak penanaman pohon-pohon besar juga perlu dipertimbangkan,agar tidak malah merusak atau mengancam pengunjung atau hewan.
·         Peremajaan warung tempat dagang. Warung dapat dikelompokkan menjadi satu tempat khusus yang menjual aneka jenis makanan. Sehingga terkesan lebih tertata. Selain itu, ada tempat khusus yang menjual souvenir-souvenir yang berhubungan dengan TSTJ.
·         Dilakukan pembersihan rumput-rumput liar yang tinggi dan penebangan pohon-pohon besar secara berkala.
·         Dilakukan pembentukan sistem jalan satu arah ke seluruh area kebun binatang agar semua hewan yang ada dapat dilihat oleh pengunjung dan pengunjung pun tidak harus berbalik arah untuk kembali pulang.
·         Mencari investor untuk Taman Satwataru Jurug, sehingga beban biaya dalam perawatan kebun binatang tersebut tidak membebani pemerintah daerah.
·         Penataan letak kandang yang terstruktur. Misalnya penempatan hewan dikelompokkan sesuai kelasnya, satu wilayah berisi Aves semua atau Reptil semua, dan sebagainya.
·         Pembersihan area danau dan sekitar danau, karena banyak pemancing di area tersebut sehingga tidak dipungkiri jika terdapat banyak sampah. Seharusnya tidak boleh ada yang memancing disana karena merusak estetika. Selain itu, dilakukan pembersihan danau secara berkala agar air tidak terlihat begitu kotor. Karena air di danau juga berasal dari luar TSTJ, hendaknya dilakukan pembuatan saluran air baru yang memisahkan antara air limbah dengan air danau agar tidak tercampur. Untuk mengatasi kekeruhan air danau dapat dilakukan dengan pengerukan endapan dan salitasi perairan
·         Menggaungkan slogan-slogan animal welfare, kepedulian terhadap lingkungan, satwa dan flora pada papan- papan di berbagai sudut lokasi taman.
·         Memperbaiki diorama yang berisi hewan awetan dan diberi deskripsi lengkap bernilai sejarah agar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
·         Memperbaiki dan meningkatkan fasilitas kemudian promosi tentang TSJ dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memanjakan pengunjung seperti masjid yang berada di pinggiran danau, arena bermain anak, kereta mini untuk mengelilingi Taman Jurug, taman Gesang, aneka barang dagangan dan warung yang bervariasi serta fasilitas menunggang gajah dan unta, penampilan budaya pada waktu tertentu (promosi Taman Jurug sebagai Taman Satwa Taman Budaya Surakarta sekaligus) digalakkan.
·         Melakukan perawatan pada taman Gesang yaitu memperbaiki jalan-jalan dan tembok yang runtuh dan licin, monumen pesawat  dan arena bermain anak yang rusak, serta pemotongan berkala pohon- pohon besar di taman Gesang tersebut untuk menambah intensitas cahaya yang masuk sehingga mengurangi suhu yang terlalu lembab.
·         Memperbaiki fondasi terutama dipinggiran sungai agar tidak mudah longsor akibat banjir, sehingga dapat mencegah banjir atau mengancam keselamatan pengunjung yang kurang berhati-hati, terutama anak-anak.

2. Kajian pendekatan ekonomi dari segi untung dan rugi jika dilihat dari analisis SWOT
Berbagai keuntungan ekonomi dapat diperoleh apabila memaksimalkan keunggulan-keunggulan dari TSTJ atau bahkan malah menimbulkan kerugian.
·           Keuntungan:
-          Karena merupakan satu-satunya kebun binatang di daerah Surakarta, tentu akan menjadi destinasi wisata utama bagi mereka yang ingin mengenal lebih lebih banyak tentang satwa, seperti anak-anak sekolah. Semakin banyaknya jumlah pengunjung, tentu akan memperbanyak penghasilan dari TSTJ.
-          Koleksi flora dan fauna yang beragam juga menjadi daya tarik untuk pengunjung.
-          Adanya tempat-tampat yang menjual aneka makanan dan souvenir khas TSTJ juga dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung.
-          Pengelolaan sampah yang dilakukan secara mandiri, dapat menambah pemasukkan dari hasil menjual kerajinan sampah. Selain itu, mengurangi biaya pembuangan sampah.
·         Kerugian:
-          Karena saat ini kondisi TSTJ yang masih belum tertata rapi, biasanya akan menyurutkan keinginan pengunjung yang sudah pernah ke sana untuk datang kembali. Sehingga dapat mengurangi jumlah pemasukan.
3.  Perubahan
3.1  Kompleks
                   Keberadaan TSTJ  di tengah kota Solo pastinya akan membawa banyak pengaruh baik pengaruh terhadap lingkungan,sistem sosial,ekonomi dan politik yang akan  membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar TSTJ
3.2  Ketidakpastian
              Banyaknya ketidakpastian akan kebijakan yang diturunkan oleh pemerintah pemkot. Juga akan  berpengaruh terhadap perkembangan dan pengelolaan TSTJ . belum lagi rencana pengelola TSTJ yang ingin melakukan revitalisasi TSTJ menjadi wisata ecowisata yang pastinya diperlukan banyak dukungan dari berbagai pihak.
3.3 Konflik
Dalam kaitannya dengan pengembangan taman satwa taru jurug. perlu dilakukan berbagai tindakan menyangkut konflik yang terjadi antara investor yang akan menginvestasikan sahamnya di sana. serta untuk menghindari konflik dengan masyarakat sekitar. hal-hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perjanjian dengan investor yang benar-benar serius dan peduli terhadap ekosistem dan keberlangsungan hidup satwa yang hidup di TSTJ, serta menghindari investor yang mendahulukan kepentingan ekonomi tanpa memikirkan dampak ekologis yang akan timbul. Dengan pemililhan investor yang tepat, kemungkinan terjadinya konflik akan lebih kecil karena sudah terjadi kesepakatan yang baik antara pihak TSTJ dengan pihak investor. Degan begitu juga konflik dengan masyarakat akan terhindar karena dalam perkembangan daerah wisata biasanya hal yang akan menjadi konflik yang besar adalah tentang lingkungan sekitar daerah wisata tersebut. Apabila lingkungan daerah wisata tersebut semakin baik maka konflik lingkungan akan dapat
dihindari. juga bisa memperkerjakan masyarakat sekitar sebagai karyawan.
1.1  Partisipasi
Pengembangan daerah wisata TSTJ juga diperlukan partisipasi dari pihak-pihak pengambil keputusan. seharusnya pengambilan keputusan tidak terjabak oleh birokrasi yang rumit sebab akan menghambat bahkan menggagalkan daerah wisata tersebut berkembang. dalam hal ini kaitannya dengan pemkot solo. sebab yang menjadi ujung tombak TSTJ adalah pemkot solo. serta pihak investor yang akan menginvestasikannya tidak merasa rugi menginvestasikan sahamnya.
2.      Pendekatan
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan (ecologically sustainableDevelopment) adalah merupakan upaya interaksi atau mengintegarasikanpembangunan ekonomi dengan pembangunan lingkungan, sehingga dicapaikeselarasan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup. MenurutLonergan (1993:77) untuk menjamin terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan ada tiga dimensi penting yang harus dipertimbangkan yaitu:
Pertama dimensi ekonomi yang menghubungkan pengaruh-pengaruh makroekonomi danmikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana sumber daya alam diperlakukandalam analisa ekonomi. Kedua adalah dimensi politik yang mencakup prosespolitik yang turut menentukan penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhanpenduduk, dan degradasi lingkungan. Ketiga adalah dimensi sosial dan budayayang mengkaitkan antara tradisi, ilmu pengetahuan serta pola pemikiranmasyarakat. Interaksi ke tiga dimensi ini akan mendukung terwujudnya konseppembangunan berwawasan lingkungan.
3.      Adaptif >
Pengembangan pariwisata bisa juga dilakukan dengan pembinaanproduk dan lingkungan wisata dan hal ini harus sejalan dengan citra yang hendakdibangun atau posisi yang hendak ditempati. Lingkungan wisata ini mencakupmasyarakat dan alam, dimana suatu produk wisata berada. Sebab adat istiadat,kebiasaan, pola perilaku suatu masyarakat seringkali merupakan salah satu unsurkuat dalam pembentukan citra pariwisata. (Raka,1993:22).
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang berlokasi di Kota Solo ini cukup cocok keadaannya dengan budaya Solo. Terdapat beberapa kegiatan seni dan budaya Solo yang dilaksanakan di TSTJ, seperti tradisi perahu Joko Tingkir yang diadakan tiap bulan Syawal setiap tahunnya. Kegiatan seperti ini sangat menarik bagi para pengunjung baik yang berasal dari Solo maupun luar Solo yang ingin mengenal lebih dekat budaya Kota Solo.
4.      Rencana Revitalisasi
Menurut Piagam Burra, konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu
tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengansituasi dan kondisi setempat dapat pula mencakup kegiatan-kegiatan sebagaiberikut:
a.         Preservasi, yaitu pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpaada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran.
b.         Restorasi, yaitu mengembalikan suatu tempat ke keadaan semula denganmenghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpamenggunakan bahan baru.
c.         Rekonstruksi, yaitu mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengankeadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun baru.
d.        Adaptasi atau Revitalisasi, yaitu merubah tempat agar dapat digunakan untukfungsi yang lebih sesuai. Yang dimaksud fungsi yang lebih sesuai adalahkegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya memerlukansedikit dampak minimal.
e.         Demolisi, yaitu penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudahrusak atau membahayakan. 
            Agenda revitalisasi utama di Taman Satwa Taru Jurug, adalah merevitalisasi kandang satwa, poliklinik, tempat karantina, laboratorium maupun gudang pakan. Semuanya akan dipindah di bagian belakang bersama dengan keberadaan satwa. Sementara itu bakal dibangun water park atau tempat rekreasi lainnya bagi anak. Penambahan wahana rekreasi ini untuk memberikan tambahan hiburan bagi pengunjung, terutama anak-anak.
            Berdasarkan rencana revitalisasi yang akan dilakukan, dibutuhkan dana sebesar Rp   108,035,492,867 yang akan digunakan untuk merevitalisasi kandang satwa, poliklinik, tempat karantina, laboratorium maupun gudang pakan dan bagian-bnagian lain di TSTJ. Dana sebesar ini dapat memperbaiki TSTJ dan mengembalikan citra serta wajah TSTJ menjadi baik dan meningkatkan pendapatan dari tiket masuk ataupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disini, sehingga dana awal tersebut dapat tertutupi dan laba yang didapat digunakan pembangunan dan pengembangan lebih lanjut.
5.      Pendekatan Ekosistem
       7.1 Abiotik
            Kawasan TSTJ dapat menjadi Kawasan strategis Kota dari sudut kepentingan lingkungan, yaitu kawasan resapan air, terdapat zonasi untuk kawasan sempadan sungai, dan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di dalamnya difungsikan Ruang Terbuka Hijau Publik (RTH Publik) yang meliputi taman wisata alam; taman rekreasi; dan kebun binatang. Pemanfaatan ruang untuk RTH, pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; pengembangan Hutan Kota dan vegetasi untuk melindungi kualitas tanah dan air. Pendirian bangunan dapat dilakukan untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya. Pengaturan untuk penggunaan RTH Publik sebesar 80 % dari luas lahan, dan  20% terbangun. Diantara 80 % tersebut masih bisa dibangun, tetapi tetap menjaga resapan air, contohnya pavingisasi.
Secara konseptual penggunaan lahan Kawasan Taman Juruguntuk lansekap sehingga kawasan ini menjadi hutan kota.
1.  Konservasi _________________________________     60%
2. Rekreasional dan hiburan ______________________     25%
3. Seni Budaya ________________________________      5%
4. Main Entrance ______________________________     10%
Pemanfaatan ruang pada TSTJ dapat memperbaiki kondisi ekossistem didalamnya, apabila dikelola dengan baik. Namun, apabila dalam pembangunan dan pengembangan tidak terlaksana dengan baik, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan, mulai dari lingkungan yang kotor, pencemaran air juga udara. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan semakin memperparah keadaan di TSTJ yang dapat mengakibatkan sakit bahkan matinya satwa serta mengurangi antusiasme pengunjung TSTJ itu sendiri.
7.2 Biotik
Selain sebagai tempat wisata, Taman Satwa Taru Jurug Solo juga sering digunakan sebagai tempat penelitian berbagai satwa liar dengan koleksi satwa sekitar 207 jenis yang berasal dari lokal maupun mancanegara. Sedangkan tumbuhan yang hidup di taman ini di antaranya yaitu cemara, flamboyan, akasia, munggur, dan lain sebagainya.Namun, keadaannya kini makin memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan jumlah satwa yang semakin berkurang, bahkan ada beberapa jenis satwa yang tidak memiliki pasangan sehingga tidak dapat menghasilkan keturunan. Perlu adanya pencatatan satwa, serta penggolongannya dan penambahan satwa yang jumlahnya semakin sedikit serta tidak memiliki pasangan.
7.3 Budaya
Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat harus sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk perlindungan terhadap situs kebudayaan dan pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata. Oleh karena itu diperlukan suatu seni untuk mengolah obyek wisatasedemikian rupa sehingga dengan adanya obyek wisata tersebut dengan segalafasilitas yang tersedia dapat menjadikan TSTJ menjadi daerah tujuanwisata yang menarik untuk dikunjungi.
7.4  Kearifan Lokal
7.4.1 Taman Gesang
TSTJ memiliki Monumen Gesang yang dibangun untuk menghormati jasa Bapak Gesang Sang Maestro Keroncong dengan lagu Bengawan Solo-nya, serta Sanggar Gesang yang saat ini digunakan untuk pertunjukan seni musik keroncong. Kemunculan lagu Bengawan Solo, turut mempopulerkan keberadaan obyek wisata Sungai Bengawan Solo. Di dalam taman ini terdapat patung Gesang serta aula terbuka. Patung Gesang diberi pagar yang terbuat dari besi sehingga nampak berdiri kokoh dan jauh dari jangkauan anak-anak yang ingin memanjatnya.
7.4.2 Petilasan Joko Tingkir
TSTJ juga memiliki tempat petilasan Joko Tingkir dan adanya tradisi tahunan yang disebut Larung Getek Joko Tingkir. Tradisi ini diselenggarakan dalam rangka mengenang jejak sejarah Joko Tingkir saat menyusuri sungai ini. Tradisi ini diselenggarakan pada bulan Syawal. Prosesi yang menceritakan tentang kisah perjalanan Joko Tingkir menuju Demak itu dilakukan di aliran Bengawan Solo, menggunakan perahu yang dihiasi bentuk-bentuk karakter buaya dalam acara puncak Gebyar Syawalan. Selain itu juga digelar pembagian gunungan yang terbuat dari buah-buahan dan  sayuran serta ketupat kepada pengunjung.  Pelaksanaan prosesi budaya tersebut mendapat animo sangat besar dari masyarakat Solo.
Joko Tingkir sendiri merupakan tokoh dalam sejarah kerajaan Kartasura. Joko Tingkir yang bergelar Senopati ing Ngalogo dikhabarkan menyusuri kota Solo dengan mengendarai buaya. Untuk mengingat sejarah inilah, pemerintah kota Solo selalu menghadirkan sosok Joko Tingkir di Bengawan Solo. Joko Tingkir sendiri diperankan oleh orang yang berbeda tiap tahun, bisa berasal dari kalangan artis atau kalangan keluarga kraton Surakarta. Sehingga dapat salah satu daya tarik dari TSTJ di bulan syawal.
6.      Teknologi
TSTJ mempunyai potensi besar dalam pengambangan sains dan teknologi.karena letaknya yang tidak jauh dengan pusat kota solo, dan disamping bengawan solo. teknologi yang mungkin tepat digunakan adalah tentang pengolahan air, karena letaknya yang tapat disamping bengawan solo, menyebabkan jumlah air yang ada di sana sangat melimpah. yang lainnya adalah sebagai lahan konservasi satwa dan fauna langka. ini juga akan menarik peneliti untuk mengunjungi TSTJ.





























PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jika dilihat dari apa yang telah dibahas diatas,maka dapat disimpulkan bahwa TSTJ sangat perlu dilakukan revitalisasi dalam menanggulangi permasalahan-permasalahn yang ada di TSTJ. Konsep dasar revitalisasi yaiktu mewujudkan dan mengembangkan taman wisata yang menjadi sarana konservasi fauna dan flora,edukasi,sosial budaya,rekreasi hiburan dan usaha wisata/jasa kepariwisataan yang memiliki daya tarik wisata yang tinggi. Serta selaras untuk mewujudkan fungsi kawasan resapan air,kawasan perlindungan setempat,ruang terbuka hijau yang berisi taman satwa,konservasi flora dan hutan kota. Namun demikian,konsep revitalisasi dan pengelolaan kawasan Taman Jurug harus disesuaikan dengan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta tahun 2011-2031 yang menjadikannya sebagai kawasan lindung dan pariwisata,serta peraturan perundang-undangan yang terkait lingkungan hidup.
            Diharapkan dengan dilakukannya revitalisasi,TSTJ dapat meningkatkan kualitas produk wisatanya. Menjadi kawasan wisata yang memadukan sarana konservasi fauna,flora dan lingkungan,edukasi,budaya,rekreasi hiburan dan jasa wisata serta membangun taman wisata yang ramah lingkungan.
B.     Saran
Diperlukan kerjasama di antara pemerintah,masyarakat,LSM serta dari pihak pengelola TSTJ dalam setiap mengambil kebijakan yang menyangkut proses revitalisasi TSTJ. Hal tersebut diperlukan untuk mengikutsertakan saran dari pihak-pihak yang bersangkutan untuk membangun TSTJ untuk yang lebih baik. Selain itu,sebaiknya TSTJ di arahkan menjadi RTH(Ruang Terbuka Hijau) yang mana pemanfaatnya bisa untuk menahan limpahan air hujan,melindungi kualitas tanah dan air, dan mengurangi polusi. Selain itu diperlukannya AMDAL sebelum dimulainya revitalisasi,tujuannya agar kegiatan revitalisasi ini tidak akan menyebabkan kerusakan dan dampak negatif pada lingkungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
EKOLOGI PARIWISATA



STUDI PENGELOLAAN WISATA DAN PERMASALAHAN
DI TAMAN SATWA TARU JURUG SOLO
Description: c:\users\user\downloads\documents\logo_uns.gif
Disusun oleh:
Seluruh Mahasiswa yang Mengambil Mata Kuliah Ekologi Pariwisata
 Aie Nur Baeti                         Dinar Larasati                         Rohmatul L
Andriyanti                               Dwi Lumintang S                   Tesya N          
Arum A                                   Faradina                                  Tutut Bararatut
Catharina P                             Fiky A                                     Tyas Utami
Daniel F                                  Irma K                                     Wuri Satiti                  
Darumas K                              Moch. Yanuar                         Yan Bagus                 
Dewi Anjarsari                        M. Jundi                                  Yudha Noviana
Deni S                                     Puji Rahayu                             Yunitasari
Dian Aditama                         Putri Andriana
Diana Putri H                          Reguird A

Dosen pembimbing: Drs Sunarto,M.Si



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013
Share:

0 comments:

Post a Comment

Menulis adalah salah satu cara untuk mengubah, menyimpan dan menyampaikan

Q n A

Mau diskusi dan bertanya soal Biologi? Silahkan kirim email ke kazebara20@gmail.com
See me on Instagram @wardhaayu